Teriris hati saya setiap kali mendengar berita tentang kebakaran hutan. Saya sendiri pernah tinggal di Riau. Daerah yang jadi langganan kebakaran hutan. Akan tetapi tetap saja saya masih terkejut ketika mendengar berita bahwa hutan Amazon juga mengalami kebakaran hutan. Lantas saya berpikir bahwa dunia tidak sedang baik-baik saja.

Walaupun tinggal di daerah beriklim tropis dengan hutan hujan, tetapi saya masih merasa bahwa hutan Amazon adalah sesuatu yang luar biasa. Saya tidak tahu pasti tapi karena ketidaktahuan saya juga, saya selalu merasa bahwa permasalahan hutan hanya terjadi di Indonesia. Setidaknya begitulah yang sering saya dengar. Deforestasi yang masif, ilegal logging dan semua embel-embel negatif yang menempel di nama Indonesia. Negara pengekspor asap. Tapi ternyata permasalahan hutan adalah permasalahan dunia. Manusia seakan tidak mau tahu tentang peran penting hutan untuk kehidupan. Hutan adalah paru-paru dunia. Hutan yang rusak akan secara langsung merusak paru-paru kita.

Kepentingan Ekonomi

Kalau dirunut menurut saya permasalahan hutan ini berasal dari ketamakan manusia. Ujung-ujungnya duit (UUD). Kebakaran hutan di Amazon merupakan kebakaran hutan yang disengaja. Tujuannya adalah pembukaan lahan baru unuk peternakan sapi. Sekilas terdengar konyol, apakah memang kita perlu mengorbankan hutan untuk sapi?. Mengorbankan paru-paru dunia untuk komoditas yang menghasilkan gas metan, yang akan memperparah efek rumah kaca. Tapi itulah yang terjadi. Yang mendasari itu semua adalah kepentingan ekonomi. Seperti hal nya Indonesia, Brazil jugamerupakan negara berkembang. Berbeda dengan negara maju yang ekonominya sudah mapan. Negara berkembang masih tertatih-tatih untuk menggerakkan roda perekonomian. Barzil dalam hal ini mempunyai potensi yang luar biasa di bidang peternakan sapi. Dan merupakan pilihan mudah bagi para peternak di sekitar hutan amazon ketika harus memilih Hutan atau hidup mereka. Ya, sebagian dari mereka memang melakukan pembakaran hutan hanya untuk bertahan hidup. Hanya untuk dapat membiayai pendidikan anak-anak mereka. Kita bisa saja berpikiran pendek dan berhenti untuk membali daging yang dihasilkan dari praktek ini. Tetapi itu tidak menyelesaikan masalah, di pedalaman Amazon masih ada anak-anak yang mungkin tidak sekolah atau orang tua yang khawatir anaknya tidak dapat bersekolah. Saya tidak mau menggeneralisasi bahwa semua atau sebagian besar pelaku pembakaran hutan melakukan perambahan hutan hanya untuk bertahan hidup, tetapi kita juga tidak boleh menutup mata akan realitas ini. Yang perlu kita kekang adalah sifat tama kita.

Daging untuk dunia

Di bagian dunia lain, para penduduknya juga membutuhkan daging untuk mencukupi nutrisi mereka. Tidak berlebihan rasanya jika disebutkan bahwa hutan amazon terbakar karena dunia memakan daging terlalu banyak. Selalu terjadi keseimbangan ekonomi, dimana ada demand yang sangat tinggi maka akan ada supply yang mengimbanginya. Demand akan daging sapi yang tinggi ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Optimalisasi

Rasanya tidak mungkin jika kita mengurangi konsumsi daging. Bagaimanapun juga daging termasuk kebutuhan pokok. Mungkin yang bisa kita lakukan adalah melakukan optimalisasi dari peternakan sapi itu sendiri. Jika berkaca dengan kondisi di Indonesia sebenarnya kondisinya kurang lebih sama. Harga daging sapi tinggi tetapi di tingkat peternak juga tidak bisa menikmati tingginya harga tersebut. Salah satunya tentu rantia distribusi yang panjang. Selain itu produktifitas dari usaha peternakan juga harus ditingkatkan sehingga kita tidak perlu membuka lahan baru untuk mengembang biakkan sapi. Beberapa ahli bahkan mulai mengembangkan daging yang dihasilkan dari tissue culture. Segala upaya patut kita coba untuk menyeimbangkan menyelamatkan alam dan juga memberikan solusi untuk semua pihak. Salam!

Bahan Bacaan

https://edition.cnn.com/2019/08/23/americas/brazil-beef-amazon-rainforest-fire-intl/index.html

https://www.nationalgeographic.com/culture/2019/08/amazon-burns-cattle-ranchers-blamed-complicated-relationship/

Photo by JOHN TOWNER on Unsplash