Ketepatan waktu inseminasi buatan menentukan keberhasilan dari proses kawin suntik. Seperti yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati et al (2018) bahwa ada hubungan antara ketepatan pelaksanaan IB dengan keberhasilan IB. Maka dari itu sangat penting mengetahui kapan waktu terbaik untuk melakukan IB.
Dasar Teori
Proses inseminasi buatan adalah proses mempertemukan sel sperma dan sel telur agar terjadi pembuahan. Saat terjadi pembuahan kondisi kedua sel harus dalam kondisi optimal. Untuk sel sperma harus sudah mengalami kapasitasi terlebih dahulu sedangkan untuk sel telur harus sudah mengalami ovulasi terlebih dahulu.
Semua proses di atas memerlukan waktu. Jadi waktu terbaik untuk melakukan kawin suntuk adalah ketika kedua sel ini sudah dalam kondisi yang siap.
Aturan Pagi-Sore
Aturan yang sering digunakan untuk menentukan waktu terbaik adalah aturan pagi sore atau AM-PM. Artinya jika sapi menunjukkan gejala berahi pada pagi hari maka IB dilakukan pada sore hari. Sedangkan jika sapi menunjukka gejala berahi pada sore hari maka IB dilakukan pada pagi hari. IB atau kawin suntik dilakukan 12 jam setelah sapi menunjukkan gejala estrus.
Penentuan am-pm atau pagi sore ini berasal dari penelitian Trimberger (1943) yang menemukan bahwa tingkat kebuntingan maksimal dapat dicapai dengan melakukan IB pada pertengahan hingga akhir estrus.
Namun anturan pagi-sore untuk menentukan waktu IB juga mendapatkan gugatan dari para ahli. Nabel (1994) melakukan penelitian dan mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang siginifikan tingkat keberhasilan antara IB yang dilakukan dua kali sehari (pagi-sore) dengan IB yang dilakukan satu kali saja yaitu pada pagi hari.
Kesimpulan
Penentuan waktu terbaik untuk melakukan inseminasi buatan sangat tergantung pada deteksi estrus. Karena dari hasil deteksi estrus kita bisa memperkirakan siklus reproduksi yang sedang dialami oleh sapi tersebut.
Penggunaan aturan am-pm atau pagi sore hingga saat ini masih sering digunakan. Menurut saya ini juga berkaitan dengan pola pemeliharaan di Indonesia yang rata-rata tidak terpusat. Sehingga untuk memusatkan pelaksanaan IB satu kali sehari lebih sulit. Pelaksanaan IB biasanya dilakukan dua kali pada pagi dan sore dan mengikuti aturan am-pm atau pagi sore.
Referensi
Kusumawati Enike Dwi, Syam Rahadi, Fendi Sudianata, Dyah Lestari Yulianti. 2018. Pengaruh ketepatan waktu inseminasi buatan terhadap tingkat keberhasilan kebuntingan di kecamatana Gedangan kabupaten Malang Jawa Timur. JITRO VOL. 5 NO.2, MEI
Nebel, R.L., W.L. Walker, M.L. McGilliard, C.H. Allen, and G.S. Heckman. 1994. Timing of artificial insemination of dairy cows: Fixed time once daily versus morning and afternoon. Journal of Dairy Science, 77, 3185—3191.
Trimberger, G. W., and H. P. Davis. 1943. Conception rate in dairy cattle by artificial insemination at various stages of oestrus. Nebraska Agric. Exp. Stn. Bull. No. 129, Lincoln